Belajar Moderat ke Said Nursi

TURKEY — Moderasi Beragama yang dicanangkan pemerintah melalui Kemenag R.I., perlu mempertimbangkan model pemikiran cendekiawan muslim dari Turkey, Bediüzzaman Said Nursî (1877-1960). Sebagai tokoh pembaharu Islam dari Turkey, Said Nursi telah menulis buku hingga 130 judul. Magnum opus dari tokoh ini berjudul, al-Kalimat, al-Maktubat, al-Lama’at dan al-Syu’a’at. Risalah ini merupakan risalah tafsir Qur’an lebih dari 6.000 halaman.

Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Kerja Sama, Welhendri Azwar, S.Ag, M.Si, Ph.D dalam laporan lawatannya ke Turkey, mengatakan, tokoh satu ini juga telah membawa Turkey sebagai wilayah Islam yang diperhitungkan dalam kancah pemikiran teologi.

“Dulu kita belajar tentang geonologi para tokoh, dari yang paling kontemporer hingga klasik. Dulu kita pernah punya kurikulum Aliran Pemikiran Modern dalam Islam (Amdi), salah satunya Said Nursi ini,” ujar dosen kajian sosiologi yang mengupas seputar gerakan tarikat ini.

Nursi berbaris pada ulama bergaris moderat, dengan menerima perkembangan kekinian pada masanya, sehingga wajah Islam Turkey memiliki pembeda dari wilayah lain. Tentu saja, pendahulu dari guru-guru Nursi telah merintis sehingga negeri Erdogan tersebut, dulu dikenal sebagai wajah Islam modern pada masanya.

Welhendri, bersama Rektor UIN Imam Bonjol Padang, Prof. Dr. Hj. Martin Kustati, M.Pd dan Wakil Dekan Bidang Keuangan dan Perencanaan Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama (Fusa), Dr. Zulfis, MA menjalani lawatan akadeik ke Pusat Kajian Said Nursi di Universitas Uskudar.

“Mereka sangat welcome, mendengar kita dari Indonesia. Juga memberi tantangan agar civitas akademika, khusus mahasiswa untuk belajar tentang Islam dan Peradaban Dunia, dari Turkey,” ungkap Welhendri, usai diskusi sore dengan tim pusat kajian.

Mereka ingin memperkenalkan pemikiran Nursi lebih jauh, kepada generasi milenial. Hal ini juga mestinya perlu dilakukan, misal Pusat Kajian Imam Bonjol, sekalipun karya tekstualnya tidak banyak. Namun sebagai pusat kajian, tentu bisa menjadi tempat penggalian makna perjuangan serta menelusuri jejaring keilmuan.

Lawatan tiga akademisi ke Turkey ini, merupakan angin segar untuk program-program UIN IB Padang, di masa mendatang. Misal, program unggulan Student Literacy Camp, disambung dengan Student Moblity Program, dimana mahasiswa terbaik, terpilih, cakap menulis dan presentasi, mampu berbahasa, akan dibawa ke universitas-universitas terbaik. Mereka yang terbaik itu, menjadi kader dosen kader di rumah sendiri nantinya.

“Paling tidak, sebuah mimpi harus ditetapkan. Menjadi visi, tidak sekadar hilang ditelan waktu. Anda catat itu, agar siapapun nanti, harus meneruskan sehingga kampus kita bisa lebih baik dari waktu ke waktu. Oh ya, mahasiswa yang hebat dan terbaik, juga menunjukkan kualitas dosen dan kampusnya,” tutupnya. [abdullah khusairi]

Mungkin Anda Menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *