Muhammadiyah Tetapkan Awal Ramadhan 11 Maret 2024? Begini Penjelasannya!

Padang (DKTV)

Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah resmi umumkan awal Ramadhan jatuh pada 11 Maret 2024, pengumuman resmi ini berdasarkan pada surat edaran pimpinan pusat Muhammadiyah No 159/I.1/B/2023 perihal Hasil Hisab Awal Ramadan, 1 Syawal,
dan 10 Zulhijah 1445 H.

Penetapan awal Ramadhan yang di lakukan oleh majlis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah menggunakan data dan kesimpulan sebagaimana dimuat dalam Hasil Hisab Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah yang merupakan lampiran dari Maklumat Pimpinan Pusat Muhammadiyah didasarkan pada “hisab hakiki” dengan kriteria “wujudul-hilal”.

“Hisab Hakiki” adalah metode hisab yang berpatokan pada gerak benda langit, khususnya Matahari dan Bulan faktual (sebenarnya). Gerak dan posisi Bulan dalam metode ini dihitung secara cermat untuk mendapatkan gerak dan posisi Bulan yang sebenarnya dan setepat-tepatnya sebagaimana adanya.

Adapun “wujudul-hilal” adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan pada saat Matahari terbenam, Bulan belum terbenam. Dengan perkataan lain, Bulan terbenam terlambat dari terbenamnya Matahari berapa pun selisih waktunya.

Untuk menetapkan tanggal 1 bulan baru Kamariah dalam konsep hisab hakiki wujudulhilal terlebih dahulu harus terpenuhi tiga kriteria secara kumulatif, yaitu:

  1. Sudah terjadi ijtimak (konjungsi) antara Bulan dan Matahari.
  2. Ijtimak terjadi sebelum terbenam Matahari.
  3. Ketika Matahari terbenam Bulan belum terbenam, atau Bulan masih berada di atas ufuk.

Apabila ketiga kriteria tersebut sudah terpenuhi maka dikatakanlah “hilal sudah wujud” dan sejak saat terbenam Matahari tersebut sudah masuk bulan baru Kamariah. Sebaliknya apabila salah satu saja dari tiga kriteria tersebut tidak terpenuhi, maka dikatakanlah “hilal belum wujud” dan saat terbenam Matahari sampai esok harinya belum masuk bulan baru Kamariah, bulan baru akan dimulai pada saat terbenam Matahari berikutnya setelah ketiga kriteria tersebut terpenuhi.

Ijtimak jelang bulan Ramadan 1445 H terjadi pada hari Ahad Legi, 29 Syakban 1445 H bertepatan dengan 10 Maret 2024 M, pukul 16:07:42 WIB. Ijtimak ini terjadi pada momen yang sama untuk seluruh muka Bumi, hanya saja jamnya tergantung pada jam di tempat bersangkutan. Kalau menurut jam WIB (Waktu Indonesia Barat) ijtimak terjadi pada pukul 16:07:42, berarti sama dengan pukul 12:07:42 WAS (Waktu Arab Saudi) karena selisih waktu WIB dengan Arab Saudi 4 jam.

Dengan ijtimak ini berarti kriteria pertama sudah terpenuhi, sehingga tinggal menguji kriteria kedua dan ketiga. Kriteria kedua dengan mudah diketahui, karena kalau ijtimak terjadi pada pukul 16:07:42 WIB sudah dapat dipastikan terjadi sebelum terbenam Matahari pada hari dan tanggal tersebut.Terbenam Matahari di Yogyakarta pada hari itu pukul 17:55:25 WIB.

Kriteria ketiga juga sudah terpenuhi karena berdasarkan perhitungan tersebut, pada saat terbenam Matahari di Yogyakarta tanggal 10 Maret 2024 itu Bulan masih di atas ufuk dengan ketinggian 00 56 28, artinya pada saat Matahari terbenam Bulan belum terbenam, jadi hilal sudah wujud.

Dengan demikian keseluruhan kriteria yang diperlukan sudah terpenuhi, dan karena ketiga kriteria tersebut sudah terpenuhi, maka ditetapkanlah tanggal 1 Ramadan 1445 H dimulai pada saat terbenam Matahari tanggal 10 Maret 2024 dan konversinya dengan kalender Masehi ditetapkan pada keesokan harinya yaitu tanggal 11 Maret 2024. Itulah sebabnya maka dikatakan tanggal 1 Ramadan 1445 H jatuh pada hari Ahad Legi, 11 Maret 2024.

Wartawan: Yola Sahrani (Mg)

Mungkin Anda Menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *