Harapan dan Tanggung Jawab Mahasiswa Untuk Politisi Indonesia

   Padang-DKTV ketua Partai Kebangkitan Bangsa Sumatra Barat memberikan materi tentang politik kepada mahasiswa UIN Imam Bonjol Padang.

Saat pelatihan sekolah politik, kewirausahaan, dan karir yang di gelar oleh UPT PKK di Hotel Axana, Padang, pada Minggu (01/09).

Ia juga menjelaskan, peran mahasiswa sangat penting bagi mahasiswa untuk tidak apatis terhadap politik dan mengingat posisi strategis mahasiswa dalam mengawasi proses politik di Indonesia.

Lanjutnya, mahasiswa harus memahami dan terlibat aktif dalam politik. Menurutnya, ketidakpedulian mahasiswa terhadap politik akan berdampak buruk pada masa depan bangsa.

“Harapan bangsa adalah mahasiswa yang ikut mengawasi proses politik. Tidak ada satu pun aspek dalam kehidupan yang lepas dari politik. Mahasiswa tidak bisa di jauhkan dari politik,” tegasnya.

Selain itu, Firdaus juga mengingatkan bahwa politik yang di mainkan oleh orang-orang tanpa nilai agama yang kuat akan membawa kerugian besar.

Firdaus menekankan bahwa politik harus di mainkan oleh orang-orang yang baik dan memiliki moralitas tinggi.

Tidak hanya itu, Firdaus juga menyebutkan bahaya praktik politik uang yang marak terjadi. Menurutnya, ketika masyarakat dan pemimpin di ukur dengan uang. Maka kejujuran dan integritas menjadi korban.

“Kita sudah di ukur dengan uang, kita sudah di beli,” tegasnya.

Lebih lanjut, Firdaus mengkritisi pandangan umum bahwa kekuatan uang selalu mendominasi politik.

Meskipun sudah terbentuk citra di media bahwa uang adalah kunci.Hal ini menjadi tekanan dari Firdaus bahwa tidak semua suara bisa di beli.

Ia menegaskan bahwa masih ada ruang bagi idealisme dalam politik.”Masih banyak orang yang realistis dan tidak dapat dihargai dengan uang,” katanya di hadapan peserta.

Menurutnya, populasitas memang cenderung mempermudah jalan untuk terjun ke dunia politik. Namun, berpatokan kepada popularitas saja tidak cukup.

Perlunya membangun kedekatan dengan masyarakat, menjaga silaturahmi, dan menghindari citra buruk yang sulit di perbaiki.

“Di dalam politik, hal yang harus dijaga adalah silaturahim karena di situlah letak pendekatan dengan masyarakat,” tambahnya.

Firdaus juga menyampaikan kritik terhadap persepsi masyarakat awam yang cenderung melihat politik secara negatif.

Banyak yang mengaitkan politik dengan korupsi, manipulasi, dan segala bentuk ketidakjujuran. Namun, ia menegaskan, bahwa pandangan ini tidak sepenuhnya salah.

Menurut Firdaus, dalam ilmu politik, yang diajarkan adalah menjadi jujur, baik, dan berguna bagi bangsa.

Namun, idealisme ini seringkali bertentangan dengan praktik politik di lapangan.

Ia menyoroti bahwa partai politik seharusnya berfungsi untuk mengambil, mempertahankan, dan mendistribusikan kekuasaan demi kesejahteraan masyarakat.

Sayangnya, yang terjadi sekarang adalah partai politik sering lupa dengan rakyat setelah berkuasa, dan hanya memperjuangkan kepentingan kelompoknya.

Ia mengingatkan, bahwa jabatan politik seharusnya dipegang oleh orang-orang baik dan hebat. Bukan hanya orang yang mengejar kekuasaan.

Namun, tidak terpungkiri bahwa politik sering kali diwarnai oleh berita negatif tentang korupsi. Menurutnya, ini adalah ekses dari praktik politik yang salah.

“Orang yang tahu politik tidak akan mau melakukan itu,” tegasnya untuk mengingatkan bahwa mahasiswa tidak boleh buta akan politik.

Lanjutnya, tiada pengecualian bagi mahasiswa untuk tidak mengetahui politik. Ketidakpedulian terhadap politik hanya akan membawa kerugian.

“Mahasiswa menjadi pengawas sebuah kekuasaan karena kekuasaan cenderung korupsi, berarti mahasiswa harus peduli dengan hal seperti itu,” sambungnya.

Ia juga menyoroti pandangan positif masyarakat terhadap lulusan UIN dan institusi agama lainnya. Hal ini kerap dianggap memiliki modal moral yang kuat untuk terjun ke dunia politik.

Menurutnya, hal ini terbukti dengan banyaknya ulama dan tokoh pesantren yang berhasil menjadi politisi. Oleh karena itu, Firdaus menaruh harapan besar pada mahasiswa UIN Imam Bonjol Padang untuk memperbaiki kondisi politik saat ini.

Sebab, UIN memiliki pengajaran agama pada mahasiswanya. Setidaknya, mahasiswa memiliki pemahaman tentang aturan aturan agama dan di sanalah dapat menyandingkan aturan pemerintahan dengan aturan agama, agar tercipta politik yang bersih.

Wartawan: Adila Suci Ananda dan Pricilia Mutiarani

Mungkin Anda Menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *