Pro Kontra Puasa Sebagai Beban Fitrah Manusia

PADANG (DKTV)

Ibadah Puasa selalu dimaknai sebagai Al Imsak sebagai menahan diri dan sudah maklum bahwa perintah kewajiban puasa secara normatif temukan dasarnya di Alquran, namun dalam membicarakan tentang dua terminologi apakah syariat untuk orang beriman atau Islam.

Demikian penyampaian Kepala Prodi (Kaprodi S2) Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir UIN Walisongo Semarang, Dr. Moh Nor Ichwan pada forum kajian Tadarus Ilmiah Ramadan 2023 pemateri mahasiswa S3 UIN Syarif Jakarta 2016, akademisi disebar seluruh Indonesia, Kamis (23/04) malam.

Kepala Prodi (Kaprodi S2) Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir UIN Walisongo Semarang, Dr. Moh Nor Ichwan mulai memantik dengan menyatakan, pendapat ulama mayoritas jika terminologi ini disandingkan dalam satu ayat maka makna berbeda, tapi ketika disambungkann dalam ayat berbeda maka bisa dimaknai dengan sinonim, sehingga terkait antara Islam iman memiliki makna yang berbeda.

Lanjutnya, terkait tentang kitab, kewajiban Puasa, membicarakan tentang dua terminologi apakah syariat untuk orang beriman atau Islam, dalam konteks sekarang, puasa diperuntukkan untuk orang beriman. Lalu bagaimana memaknai ini antara orang iman dan Islam, kenapa tidak orang berislam, Islam itu universal, Islam itu tidak bermula dari nabi Muhammad. Artinya umat nabi terdahulu muslim kemudian perintah ditujukan bagi orang muslim, tidak sebatas pengikut nabi Muhammad.

“Selama kita mengklaim diri sebagai pengikut Muhammad itu kewajiban puasa melekat kepada kita, Albaqoroh ayat 183 dari ayat ini menjelaskan bahwa Nabi-Nabi dulu sudah berpuasa sama halnya dengan kematian, kematian adalah hal yang tidak di sukai manusia dan fitrah nya manusia itu pengen hidup lama demikian juga puasa yang bertentangan juga dengan fitrah manusia,” ujar mantan mahasiswa Doktoral Sps UIN Jakarta angkatan 2016.

Juga dalam ayat yang kutip pada surah Al-Baqarah 216 yang mana pada isinya Allah mensifati perang pada sesuatu yang dibenci oleh karna itu pada dasarnya manusia tidak suka pada peperangan. Untuk Israel yg menyerang Oalestina itu semua umat muslim di dunia tidak menyukai Israel dan memusuhi mereka.

“Begitu juga dengan puasa bagaimana kita bangun untuk sahur, menahan puasa, dan sebagainya yang melawan fitrah manusia,” ungkap Dr. Moh Nor Ichwan,”

Tambahnya, dalam fitrah puasa pada Al-Baqarah 186 menggunakan kutiba Alaikum sama seperti karena puasa itu bertentangan dengan fitrah yang mana fitrah manusia ini ketika lapar harus makan, ketika haus harus minum ketika nafsu harus berjimak bagi yang suami istri dan itu semua di kekang ketika puasa dari pagi sampai magrib.

Oleh karena itu pada tema malam ini dengan judul puasa itu adalah syariat Tuhan yag bertentangan dengan fitrah manusia.

Sementara itu Sebagai Penanggap, menurut Wakil Ketua I STAI Nurul Iman, Bogor, Dr. Ali Muttakin menyampaikan, bahwa puasa itu tidak bertentangan dengan fitrah manusia, tapi sejalan.

“Mungkin pemaknaan fitrah itu antar saya dan pak Nor Ichwan wan itu berbeda, mungkin apa yang di sampaikan tadi sekilas itu memang ibadah puasa itu bertentangan dengan fitrah karena memang pada dasarnya ibadah puasa itu membebani,” jelas Dr. Ali Muttakin.

Kalau berbicara terkait masalah beban yang kemudian beban itu dijadikan sebagai menyalahi fitrah manusia, maka segala perintah dan larangan dari Allah semuanya adalah beban bagi manusia. Oleh karna itu orang yang berkewajiban untuk menjalan kan hal itu adalah mukallaf, karena mukallaf sendiri itu adalah orang yang terbebani untuk menjalan kan perintah Allah dan meninggalkan larangan Allah.

Maka dari itu orang yang tidak terbebani untuk menjalankan, maka tidak punya kewajiban sebagai contoh orang gila, orang gila ini karena akalnya hilang maka tidak dikatakan mukallaf.

Tambahnya, Oleh karena itu tidak semua beban manusia itu kemudian di sebut menyalahi fitrah manusia, Justru dalam hukum Islam syariat di turunkan kepada manusia tujuannya untuk kemaslahatan manusia di dunia dan akhirat. Semua yang di turunlan Allah adalah untuk kemaslahatan manusia.

Syariat-syariat yang diturun kan Allah bukan hanya puasa dan solat saja , seperti haji juga merupakan beban bagi manusia yaitu harus mengeluarkan banyak biaya. Namun beban-beban itu adalah untuk kemaslahatan manusia itu sendiri.

“Karena manusia diberikan potensi akal dan potensi nafsu, potensi akal menunjukkan manusia cendrung kepada kebaikan sedangkan potensi nafsu menunjukkan manusia cendrung ke arah kejelekan, namun keduanya sangat penting dan harus sejalan antara akal dan nafsu dalam kebaikan, akal harus bisa mengontrol nafsu dengan baik,” ujar Dr Ali Muttakin.

Pada intinya bahwa puasa pada dasarnya tidak menyalahi fitrah manusia karna semua syariat yang Allah turunkan memiliki tujuan untuk kemaslahatan manusia itu sendiri.

Karena dibalik puasa yang memiliki beban di situ ada banyak manfaat dan puasa merupakan salah satu sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah.

Kemudian yang kedua, terkait ada pengertian terminologi, ada kata Islam ada kata iman dan ada kata muslim ada kata mukmin karena dalam surah Al-Baqarah tadi ada kata “amanu”. Disini sudah dijelaskan sebelumnya bahwa dalam satu redaksi ayat itu menyebutkan 2 kata yaitu muslimin dan imanu.

Islam lebih cendrung kepada hal-hal yang sifatnya sohiriah kemudian yang iman cendrung sifatnya kepada yang bathiniah.

Pada point ketiga, kembali kepada kata-kata fitrah apakah membebani manusia, menurut Dr. Ali Muttakin memaknai fitrah itu berarti suci, manusia sebagai makhluk sosial tidak lepas dari interaksi bersama oleh karna itu manusia tidak luput dari kesalahan dan sebelum manusia itu berinteraksi, manusia masih suci dan setiap anak yang lahir itu suci.

Oleh karena itu siapa yang menjalankan puasa karna iman kepada Allah dan puasanya hanya mengharapkan Ridha Allah maka Allah akan mengampuni dosa dosanya yang telah lalu.

“Sehingga keluar dari bulan ramadan akan menjadi fitrah. Maka dari itu setelah selesai menjalan kan puasa selama 30 atau 29 hari kita akan kembali ke Fitri kepada kesucian,” ungkap Dr. Ali Muttakin.

Maka dari itu pelaksanaan puasa ini tidak bertentangan dengan fitrah manusia Justru puasa ini membantu agar seorang itu kembali kepada fitrah nya, dan puasa menjadi sarana untuk mengbalikan kesucian yang mana telah kotor dari dosa- sebelumnya.

Kegiatan Forum kajian Tadarus Ilmiah Ramadan 2023 dengan pemateri mahasiswa S3 UIN Syarif Jakarta 2016, akademisi disebar seluruh Indonesia. “Menjadi ajang silaturahmi pada angkatan 2016 dan bagi teman-teman lainya saling bertaruf, saya berharap bisa bermanfaat bagi kita, dan bagi pengembangan dunia akademik kita,” ujar Dosen Sosiologi Agama IAIN Sultan Amai, Gorontalo, sekaligus moderator forum kajian Tadarus Ilmiah Ramadan 2023 Dr. Ahmad Khoirul Fata.

Hadir dalam acara tersebut Dewan Pembina Paragdima Institute, Dr. Muh Khamdan, Wakil Dekan (WD III) Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FDIK) UIN IB Padang, Dr. Abdullah Khusairi. (Hbr)

Wartawan: Habib Jatmika Imam, Akbar NST.

Mungkin Anda Menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *