Hantaman Baku Tembak Iringi Takbir Idul Fitri, Sudan

PADANG (DKTV)

Ditengah konflik kudeta Sudan yang semakin memanas, masyarakat wilayah Sudan tetap menjalankan shalat Idul Fitri walaupun baku tembak masih terdengar di tengah berlangsung nya shalat Idul Fitri.

meledaknya konflik perebutan kekuasaan antara sesama militer Sudan yaitu militer resmi negara Sudan dan kelompok militer Rapid Support Forces (RSF) atau yang lebih akrab dipanggil Janjaweed, pada Saptu (15/04/ 2023) lalu, membuat masyarakat lebih memilih untuk tinggal di rumah masing-masing karena masih khawatir terhadap baku tembak yang masih berlangsung.

Mahasiswa Indonesia di International University of Africa Sudan yang sedang berada di wilayah Sudan , Fauzan Efendi mengatakan bahwa, masyarakat Sudan masih melaksanakan solat idul Fitri meski tidak terlalu banyak yang datang. Hal ini terjadi karena setelah adanya perjanjian gencatan senjata suara baku tembak masih terdengar yang membuat masyarakat Sudan khawatir keluar rumah terutama daerah ibu kota Khartoum.

Tambahnya, Jalanan tampak kosong tapi dua hari belakangan sudah mulai terlihat beberapa bus angkutan umum yang beroperasi dan toko bahan pangan mulai buka setelah diumumkan adanya gencatan senjata walaupun tentara dari kedua belah pihak tidak dapat merealisasikan hal tersebut.

“Jadi yang melakukan kudeta adalah RSF yang dikomandoi langsung oleh PLT Wakil Ketua Dewan Kedaulatan saat ini yaitu Mohamed Hamdan Dagalo yang bertujuan mengkudeta PLT Ketua Dewan Kedaulatannya sendiri yaitu Abdel Fattah Alburhan, padahal beberapa bulan lagi akan diadakan pemilu untuk memilih siapa Presiden resmi,” ujar mahasiswa asal Indonesia ini.

Selain itu Fauzan Efendi juga menjelaskan bahwa, saat ini warga negara asing sudah mulai diungsikan oleh kedutaannya masing-masing, seperti masyarakat Indonesia telah diungsikan ke beberapa titik lokasi seperti Distrik makmurah dan arkaweit yang bisa dibilang mudah dijangkau oleh pihak KBBRI bila ada suatu hal terjadi.

Lanjutnya, terjadinya konflik militer ini sangat berdampak terhadap semua sektor baik dari kesehatan, transportasi dan perekonomian masyarakat, bahkan stok bahan pangan di Sudan sendiri telah menipis, dari pihak relawan Indonesia pun sangat kesusahan mencari bahan pangan untuk di distribusi kan kepada WNI yang ada di Sudan.

“Yang paling dibutuhkan sekarang adalah pasokan bahan pangan yang mulai menipis” ucap Fauzan

Dalam penjelasannya juga Fauzan Efendi menyampaikan bahwa hingga berita ini dimuat telah tercatat lebih dari 300 orang meninggal dan lebih dari 2000 orang terluka karena pecahnya perang ini, Dan sebagian besar itu adalah dari pihak militer yang saling berperang, ada juga masyarakat sipil yang terkena peluru nyasar.

Fauzan Efendi berharap, semoga perang cepat usai, dan pemerintahan negara dipegang oleh orang yang tepat serta semoga tidak ada lagi kudeta kedepannya, dan semua mahasiswa serta masyarakat sipil bisa beraktivitas normal seperti biasa. (Bar)

Wartawan: Nisa Surya

Mungkin Anda Menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *