Cabor Pencak Silat Dapat Fasilitas Lebih Oleh Pelatih

Padang (DKTV)

Menuju PKM III PTKIN se-Sumatera cabang olahraga Pencak Silat kontingen UIN Imam Bonjol Padang sudah jauh hari melakukan Training Centre (TC) sebelum kampus mengeluarkan surat edaran. Di bawah naungan pelatih Dian Saputra, para atlet utusan dari kampus di fasilitasi latihan pakaian lengkap dan dilatih secara profesional oleh pelatih.

Dalam melaksanakan pemusatan latihan, dilakukan empat kali dalam seminggu. Untuk program latihan saat ini memasuki pra kompetisi akan menuju kompetisi fokus melaksanakan pematangan teknik di seni, pengambilan waktu, pemantangan fisik, dan pemantangan gerak. Karena sesuai dengan juknis yang akan dipertandingkan di PKM se-Sumatera ialah pencak silat seni bukan laga.

Dian Saputra menyampaikan, ketika latihan, atlet kontingen pencak silat utusan kampus juga turut gabung latihan bersama dengan anak didik nya yang akan ikut seleksi pra-PON dan bersama atlet sudah lulus di kejurnas.

“Menjadi seorang atlet ini tidak hanya permasalahan teknik tapi juga permasalahan mental, jadi yang sebenarnya merusak juara itu adalah mental. Sehebat apapun atlet tetapi ketika mental nya itu tidak ada, akan merusak yang namanya juara. Jadi sengaja atlet kontingen dari kampus digabung dengan anak didik Abang yang akan ikut seleksi pra-PON dan yang sudah lulus kejurnas ada 11 orang, tujuannya adalah supaya terbentuk nya mental juara dalam menghadapi pertandingan,” ujar sang pelatih.

Selain gabung latihan bersama, salah satu bukti kontingen dilatih secara profesional untuk meraih juara, ketika latihan pelatih juga mendatang kan wasit juri dari tingkat provinsi untuk menilai gerakan nya secara langsung.

Dian menerangkan, untuk target tentu semua pelatih mempunyai target, pastinya kontingen kampus ini bisa jadi juara, namun dibalik target tersebut juga melihat kualitas dari atlet tersebut ditambah lagi atlet kontingen dari kampus untuk bertanding di seni notaben nya bukan atlet seni.

“Seperti Rahmat kontingen seni tunggal PA. backgroundnya itu laga kemudian dipindahkan ke seni dan begitu juga dengan atlet Putri bukan atlet seni. Mentargetkan untuk di mendali perunggu,” jelas Dian.

Dian mengatakan, apabila nanti targetkan mendali emas dan perak hampir mustahil, karena dalam penilaian seni ini tidak sama dengan penilaian laga. Penilaian tergantung niat baik atau buruk wasit dan dari atlet laga ke seni ini butuh waktu juga proses yang panjang dan sudah disampaikan kepada pihak kampus.

Untuk kendala, bisa cukup banyak tetapi menyikapi saja secara bijaksana salah satu contoh seperti seharusnya pakaian bertanding itu adalah pakaian yang kita pakai dalam sehari-hari. Setidaknya kampus harus memberikan pakian untuk kontingen latihan dan pakian ini juga yang akan di bawa bertanding, supaya adanya kesamaan dalam gerak.

“Seperti contoh pebulu tangkis Susi Susanti itu pernah dikalahkan dalam even kejuaraan dunia, itu karena diberikan pakaian baru oleh pelatih nya hanya di pakai ketika waktu bertanding saja dan diteliti kenapa bisa kalah ternyata dia melakukan kegiatan sampai 76 kali gerakan yang tidak patut dilakukan, itu karena pakaian saja. Jadi seharusnya kampus memberikan pakaian ini jauh hari. Tetapi walaupun kampus tidak memberikan kita tetap harus menyikapi dengan bijaksana artjnya bang punya fasilitas di SMP 30 kontingen dari kampus tetap difasilitasi dan kami latih seperti melatih profesional dengan pakaian lengkap,” sambungnya.

Untuk harapan, mudah-mudahan dari pihak kampus tidak hanya menjadi tamu namun juga harus siap menjadi tuan rumah karena dari segi fasilitas juga sudah memadai, tujuannya karena kampus punya potensi dibidang lain yang harus kita kembangkan, seperti di pencak silat ini.

“Ternyata atlet silat dari kampus lebih banyak background nya atlet laga, sebenarnya pertandingan laga ini bisa di adakan seandainya tuan rumah siap mengadakan itu,
Kalau seandainya kampus kita bersedia menjadi tuan rumah, angkat lah PKM ini sesuai dengan potensi atlet yang ada di kampus kita dan orang akan tau bahwa banyak potensi yang ada di kampus,” tuturnya.

Sementara itu, kontingen atlet kontingen pencak silat pria Rahmat Ilham Pramulia mengatakan selain rutin mengikuti latihan bersama pelatih juga melakukan persiapan latihan secara mandiri.

“Setiap pagi joging untuk pernapasan dan joging sore untuk ketahanan badan,” ujarnya.

Untuk fokus latihan saat ini menyesuaikan gerakan. Karena di laga tidak memerlukan keindahan gerakan cuman menggunakan kecepatan dan kekuatan sedangkan di seni kecepatan diperlukan, keindahan diperlukan tekanan badan juga diperlukan sekaligus pernapasan untuk memacu waktu yang ditentukan.

“karena di seni tunggal ini waktu ditentukan cuma 3 menit seiring berjalannya gerakan. Jadi lebih memerlukan fisik yang kuat, sama pernapasan. Itulah yang membuat latihan fisik di seni harus lebih dibandingkan latihan fisik di laga,” ungkapnya.

Rahmat juga menyampaikan, terimakasih kepada pihak kampus yang telah mendatangkan pelatih yang lebih profesional, pelatih sekarang lebih meningkat karena pelatih lebih mendalami penilaian seni, dan jauh lebih meningkat latihan di tahun sekarang.

Rahmat berharap untuk uang TC agar bisa di cairkan ketika para atlet menjalani latihan “fasilitasi lah pelatih dan atlet se maksimal mungkin, supaya memicu semangat pelatih dan atlet dalam berlatih dalam mempersiapkan diri nya dalam ajang lomba,” tutur Rahmat. (Bib)

Wartawan: Habib Jatmika Imam, Agung Cikal Pratama.

Mungkin Anda Menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *