Ribuan Anak Indonesia Hamil Di Luar Nikah, PKKBN Nilai Kurangnya Pendidikan

Padang (DKTV)

Sekitar 50 anak di Indonesia menikah dini karena mayoritas hamil diluar nikah. Penyebab utama dari angka tersebut adalah rendahnya pendidikan seksual di kalangan remaja. Sejak tahun 2016 sampai 2021 angka permohonan dispensasi pernikahan anak terus meningkat hingga 59.709.

Dilansir dari CNN Indonesia, berdasarkan data Komisi Nasional (Komnas) perempuan dispensasi perkawinan anak meningkat 7 kali lipat sejak 2016. Pada tahun 2021 permohonan dispensasi meningkat menjadi 59.709. Menurut Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo mengatakan, pendidikan seksual dan kesehatan reproduksi harus diberikan kepada anak-anak sejak usia dini.

“Kenapa kita banyak anak hamil diluar nikah, karena pengetahuan kita tentang kesehatan reproduksi rendah”. Ungkap Hasto dikutip dari CNN Indonesia.

Berdasarkan data Pengadilan Tinggi Agama Surabaya, Provinsi Jawa Timur, angka permohonan dispensasi nikah (diksa) pada 2022 mencapai 15.212 kasus, 80% diantaranya karena para pemohon telah hamil.

Menurut data, pada 2021 di Sumedang, Jawa Barat banyak siswi yang hamil diluar nikah, dari 9.905 pernikahan, terdapat 1.348 anak menikah dibawah umur.

Dilansir dari RadarJabar, perihal disebabkan karena kurangnya pendidikan seks yang menjadi faktor kunci dalam peningkatan jumlah remaja yang mengalami kehamilan diluar nikah.

Remaja seringkali tidak memiliki pengetahuan tentang anatomi dan fisiologi reproduksi, tersedianya kontrasepsi dan pentingnya hubungan yang sehat. Akibatnya, mereka akan lebih rentan terhadap kehamilan yang tidak diinginkan dan terpapar risiko kesehatan yang serius.

Dikutip juga dari beautynesia banyak masyarakat yang mengungkap pendidikan seksual adalah sesuatu yang ”kotor”. Tak sedikit yang berpendapat bahwa tak seharusnya pendidikan seksual tidak seharusnya diberikan kepada anak-anak.

Sedangkan, Hasto menilai pendidikan seksual yang tepat dapat menjadi kunci menekan kasus anak hamil di luar nikah hingga pernikahan dini.

“Kalau saya dulu di Kulon Progo dimasukkan ke pendidikan jasmani dan kesehatan. Jam olahraga, sepak bola, bisa dijadikan PR. Separuh waktu belajar dipakai untuk menjelaskan soal kesehatan reproduksi,” ungkapnya dikutip dari beautynesia.

Wartawan : Sirajal Munira

Mungkin Anda Menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *