Pedagang Pasar Kesepian Pembeli, Salah TikTok Shop?

Heboh, persoalan TikTok shop Indonesia menjadi perbincangan publik khususnya pedagang pasar maupun pedagang online. Pascanya fitur TikTok shop  membuat para pedagang pasar terlebih lagi tanah abang mengalami kesepian.

Dikutip dari CNNIndonesia.com salah satu pedagang pasar Soleh mengatakan, tahun 2019 Soleh mendapatkan puluhan juta dalam waktu satu harinya. Akan tetapi saat ini hanya mengalami satu pembeli per harinya.

“Sekarang sudah kaya gini, sudah sepi banget. Pemasukan tak menentu. Kadang ada, kadang tak ada sama sekali,” ungkap pedangan Tanah Abang Soleh dikutip dari laman CNNIndonesia.

Soleh menyebutkan permasalahan disebabkan lahirnya TikTok Shop, yang merupakan platform social e-commerce. Akibat dari penawaran produk melalui videos, LIVEs, dan tab katalog produk.

“Dulu sebelum TikTok ada, tokonya masih ada, Lazada, Shopee itu tidak pengaruh ke pasaran. Sekarang sudah ada TikTok hadir (jadi sepi),” katanya dikutip dari laman CNNIndonesia.com

Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan mengatakan, sangat banyak kekecewaan pedagang dikarenakan murahnya barang asing di Indonesia. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang tak sanggup melayani kebanjiran barang murah tersebut.

Terdapat  di dalam Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 50 Tahun 2020. Pertama, adanya positive list berisi barang yang diperbolehkan untuk diimpor. Ia menekankan barang impor yang bisa diproduksi di dalam negeri tidak bakal masuk positive list.

Lalu perizinan, Zulkifli Hasan beranggapan bahwa tidak boleh media sosial merangkap menjadi e-commerce dengan satu izin.

“Izinnya enggak boleh satu. Dia media sosial jadi social commerce, itu mati dong yang lain. Ini diatur,” katanya dikutip CNNIndonesia.com

Kemudian, ia juga menyinggung persoalan standar barang impor. Bahwa produk asing harus berstandar khusus, tidak bisa bebas masuk begitu saja. Sama halnya dengan awal mula barang tersebut.

Terakhir, nilai minimum belanja barang impor senilai US$100 alias Rp1,5 juta.  Tentunya ini diberlakukan agar menghidupkan perekonomian produk lokal.

Sementara itu, TikTok Indonesia mengrespon perihal tersebut bahwasanya agar pemerintah Indonesia kembali memperhatikan kembali larangan TikTok Shop yang beroperasi di Indonesia.

Head of Communications TikTok Indonesia Anggini Setiawan menyampaikan hampir 2 juta bisnis lokal di Indonesia tumbuh, hingga berkembang berkat hadirnya social commerce.

“Memisahkan media sosial dan e-commerce ke dalam platform yang berbeda bukan hanya akan menghambat inovasi, namun juga akan merugikan pedagang dan konsumen di Indonesia,”  ujarnya dikutip dari CNNIndonesia.com, 

Anggi berharap, semoga pemerintah dapat memberikan kesempatan yang sama bagi TikTok 

Wartawan : Irvan Mufadhdhal Zulis 

Mungkin Anda Menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *