Terpilih Wisudawan Aktivis Menjadi Hadiah Untuk Ayah

Padang (DKTV)

Meraih gelar sarjana setelah lulus kuliah tentunya menjadi momen yang sangat dinantikan setiap mahasiswa. Setelah berjuang di bangku kuliah hingga menyelesaikan skripsi, kelulusan bisa disebut sebagai akhir dari perjuangan yang dialami selama kuliah. Apalagi, saat wisuda mendapatkan bonus penghargaan seperti menjadi wisudawan aktivis kampus.

Momen tersebut biasanya disambut dengan penuh kebahagiaan dan dirayakan bersama dengan orang tua serta orang-orang yang tersayang. Namun, tak semua wisudawan bisa merasakan hal tersebut.

Retisfa Khairanis, wisudawan Prodi Pendidikan Bahasa Arab (PBA) Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK) raih penghargaan sebagai wisudawan aktivis kampus FTK pada wisuda periode ke-90. Ia berhasil lulus tepat waktu dengan mengantongi IPK 3,86.

Berbagai upaya dilakukan untuk mencapai penghargaan aktivis kampus, dengan menjadikan sosok almarhum ayah sebagai motivasi agar rajin di akademik hingga mendapat IPK tinggi di perkuliahan, sampai mengikuti organisasi setingkat universitas.

Tentu tidak mudah untuk menggapai semua itu, banyak yang dikorbankan salah satunya waktu. Semua waktu harus dihabiskan dalam berorganisasi dan belajar.

“Semua waktu dihabiskan untuk organisasi dan belajar sehingga tidak dapat bertemu papa disaat menghembuskan nafas terakhir,” ujarnya.

Ia mengatakan itu menjadi penyesalan yang telah berlalu yang sekarang tidak perlu disesalkan. Dan itu dijadikan motivasi semangat karena tidak adanya sosok ayah.

“H-2 KKN papa meninggal dan saya cuman bisa melihat disaat papa sudah terbaring ditempat tidur,” ujar Retisfa

Sambungnya, pernah berpikir untuk cuti karena belum bisa menerima kenyataan, tetapi teringat kata papa bahwa apapun yang terjadi tetap lanjutkan kuliah.

Retisfa juga mengukir prestasi di organisasi diantaranya, koor Ekonomi Sosial HMP PBA, Ketua Panitia Webinar Nasional Kewirausahaan, Sekretaris Dema FTK, dan puncaknya menjadi Wakil Bendahara Umum  Senat Mahasiswa (Sema-U).

Ia mengukir prestasi semasa menempuh jenjang pendidikan, mulai dari mengisi seminar, menjadi asisten dosen, mendapatkan IPK tertinggi di jurusan dan masih ada prestasi lainnya.

“Lomba tingkat nasional di universitas jember Jawa Timur, pidato, pusi, debat dll smpai saya menjadi juara,” ungkapnya saat wawancara bersama wartawan DKTV pada Selasa (31/10/2023).

Ia juga mengatakan, cara manajemen waktu tergantung pribadi masing-masing. “Menurut saya adalah sadar diri dan ingat dengan kewajibannya. Misalnya healiing tetapi setelah itu skripsi harus diangsur satu halaman,” tegasnya.

Oleh karena itu, segala upaya dilakukan hingga saya harus berprestasi. Dan ini membuat saya bangga dengan diri saya sendiri, agar ada sejarah yang bisa diceritakan dimasa tua.

Retisfa berharap, semoga di masa yang akan datang ia dapat bermanfaat bagi orang lain dan sekitarnya. (Riq)

Wartawan: Irvan Mufadhdhal Zulis, Findi Permana, Shofia Mutiarani

Mungkin Anda Menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *