Mengupas Kisah Wisudawan Terbaik dan Aktifis

Padang (DKTV)

Penobatan sebagai lulusan bintang aktifis dan terbaik tentunya menjadi impian dari setiap Wisudawan dan Wisudawati. Sebab, penobatan tersebut sebagai hadiah teruntuk orang tua khususnya ataupun bagi kerabat terdekat.

Akan tetapi, dibalik penobatan tersebut membutuhkan pengorbanan waktu, pikirin dan lain sebagainya. Salah satu lulusan bintang aktifis Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama (FUSA) Rahmadhani yang telah banyak terlibat dari berbagai organisasi dan kegiatan lain dalam maupun diluar kampus.

Terlebih lagi, Rahmadhani sering mengikuti perlombaan sesuai minat dan bakat dimiliki. Selain itu, pentingnya mempunyai kemampuan dalam memanajemen waktu antara organisasi dan kewajiban sebagai mahasiswi dalam masa studi di perkuliahannya.

Disamping itu, Rahmadhani juga memperjuangkan beasiswa sebagai penunjang pendidikan dalam membantu orang tua. Hal ini sudah dibuktikan saat Rahmadhani dapat meraih Juara II KINMU cabang KTI, serta pernah menjadi narasumber prosiding artikel UIM Palembang.

Sama halnya dengan lulusan bintang aktifis Rasyid Alhafizh dari Prodi Ilmu Hadis yang tidak hanya cukup belajar di bangku kuliah. Akan tetapi, perlunya dalam mengembangkan bakat, prestasi, dan skill melalui organisasi, volunteer, dan riset.

“Saya yakin, tidak ada orang hebat yang lahir keadaan baik-baik saja. Banyak tantangan, lika-liku, dan gagal setiap ingin berdiri. Tapi, ketika gagal mesti bangkit, jangan terpuruk berlama-lama, setiap hari tidak ada waktu berleha-leha. Rotasi aktivitas tidak hanya kuliah, tetapi juga bekerja untuk mencukupi biaya kuliah” ungkap sang aktifis.

Pada semester awal Rasyid sudah menjabat sebagai ketua HMP ILHA. Lalu, berlanjut sebagai Ketua PMII Ushuluddin, Ketua Humanity Freedom hingga Ketua SEMA Ushuluddin. Disamping itu, setiap hari jumat hingga minggu Rasyid bekerja sebagai tenaga pengajar di Rumah Tahfiz, dan kontributor pewarta di beberapa koran.

Selanjutnya, menjadi Ketua SEMA Ushuluddin, Ketua HMP ILHA, Leader Blok Literasi, Ketua Humanity Freedom, Sekretaris DKR Pramuka 030516 Pd. Pariaman, Kepala Dep. Jaringan IPNU Kota Padang dan Kepala Bid. Hukum PP-FKMTHI.

Hal ini tercapai berkat pada awal perjalanan kesuksesan perlu menjadi pohon impian dalam mencatat keinginan dan pencapaian agar dapat membagi skala prioritas aktifitas. Dengan berbagai organisasi yang digelutinya. Rasyid dibuahi oleh berbagai prestasi.

Yaitu sebagai juara I KTI Ilmu Hadis Mahasiswa Ushuluddin se-Indonesia 2022 dan juara II KTI Al-Qur’an MTQ Provinsi Sumatera Barat 2024. Kemudian, menjadi Narasumber Seminar Nasional Relasi agama & Nasionalisme IAIN Kendari 2021, Narasumber Seminar Nasional Dai Milenial IAIM Sinjai 2022 M dan Narasumber pada Seminar Kolaboratif ILHA Pdg x UIN Suska RIAU 2023.

Rasyid juga menyampaikan bahwa semua yang hal dilakukan perlu dilandasi dengan doa dan perlunya sikap profesional dalam menata hati, pikiran, dan waktu, petualangan akan semakin menantang hingga perlu kerja keras dan target yang teliti.

Tidak sampai disitu, salah satu lulusan terbaik Fakultas Adab dan Humaniora (FAH) Prodi Ilmu Perpustakaan Tasya Nabila yang terus mengkaji ulang pelajaran yang telah dipelajari serta optimis menatap masa depan. Terlebih lagi, dengan mengingat harapan-harapan orang tua yang dititipkan pada mahasiswa dengan dibumbui oleh doa setiap upaya yang dilakukan. Sehingga dapat bertahan dan beprestasi sampai mencapai titik ini.

Meskipun jarak antara rumah dan kampus sangat jauh tidak sedikitpun mengurungkan niat dalam menimba ilmu. “Saya tidak pernah bosan untuk melakukan kegiatan yang berulang menempuh jarak 70kg pulang pergi hal ini tentunya hasil pertimbangan untuk tetap bersama ibu di rumah karna ayah telah tiada” ucap lulusan terbaik FAH.

Tasya juga mengatakan, pembeda lulusan terbaik dengan lulusan biasa tidaklah ada. Sebab, penobatan ini hanyalah sebuah predikat yang siapun mampu mencapainya.

“Di luar sana kita hanya ikan yang ada di samudra yang dalam yang harus terus tetap belajar dan bertahan, tanam niat dengan harapan membanggakan orang tua, hajar rasa malas, jangan biarkan malas yang mengajar niat. Usaha tanpa doa sombong, doa tanpa usaha sia-sia,” sambungnya.

Tentunya untuk mencapai prediksi sampai saat ini ialah perlu memanajemen waktu. Apalagi dalam menjaga sholat lima waktu. “Jika ingin mengatur waktu dengan baik jalankan solat 5 waktu, disaat-saat ini kita di bangunkan, dan kembali semangat beraktivitas, orang yang menjaga solat biasanya orang orang yang mampu memanajemen waktu” ungkap sang lulusan terbaik.

Dalam hal ini Tasya menjadi lulusan terbaik ialah pencapaian pertama yang diterima. Tasya berharap, semoy setelah ini dapat mengaplikasikan apa yang telah timba selama berkuliah didunia kerja nantinya. Jika memungkinkan dapat terus berlanjut pendidikan jenjang selanjutnya ditahun 2026 nanti.

Wartawan: Irvan Mufadhdhal Zulis, Winda Dwika Putri (Mg) dan Pricilia Mutiarani (Mg)

Mungkin Anda Menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *