Strategi Membunuh Raja

Padang (DKTV)

Saling berganti-ganti startegi dan mengadu pikiran untuk memakan sang raja terlebih dahulu. Hening dan tenang menjadi penyebab dari perlombaan Catur Dekan Cup yang diselenggarakan di Gedung Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama (FUSA) pada Minggu, (12/05).

Sebanyak 16 peserta saling mencari celah dan membuat jebakan kepada lawan untuk bisa bergerak membunuh sang raja. Tentunya, skill dan kepekaan menjadi pokok penting dalam perlombaan ini.

Salah satu panitia cabang lomba catur Alkairul Huda menyampaikan, perlombaan ini untuk mengasah skill dan kemampuan dalam
mengembangkan minat bakat dari FUSA sendiri.

Oleh karena itu, pihak panitia sudah melakukan persiapan baik dalam penyusunan bangku, menyiapkan papan catur, hingga menghubungi juri. Dengan adanya hal tersebut perlombaan dapat berjalan dengan lancar. Meskipun, tidak adanya snack.

Nantinya, para pemenang akan kembali berlaga di tingkat nasional bahkan internasional. “Kami sudah berkomunikasi dengan pihak juri, jadi dapatnya juara dari lomba ini insyaallah kami akan lanjutkan ketingkat nasional dan jika memungkinkan ke tingkat internasional,” ucapnya kepada wartawan DKTV.

Alkairul berharap, semoga dengan adanya lomba ini dapat lebih banyak lagi calon mahasiswa khususnya di bidang ini agar dapat membanggakan FUSA khususnya.

Sementara itu, wasit lomba cabang catur Rio Irmawan mengatakan, perlombaan menggunakan sistem Swiss yang dikeluarkan langsung oleh federasi catur dunia yang menggunakan sistem point.

Jadi sebanyak enam babak akan mencari poin yang sama atau berdekatan, dan nanti itu ada perhitungan yang sudah dijabarkan pada peserta. “Intinya peserta akan menginput hasil yang akan memproses itu ialah aplikasi,” ucapnya kepada wartawan DKTV.

Perlombaan ini sangat perlu diperhatikan ialah cara bermain dan pemahaman peserta saat berlangsungnya permainan. Selain itu, perlombaan sebagai ajang pembelajaran juga.

“Ajang untuk belajar juga, dan mereka tahu bagaimana cara bermain catur yang baik dan benar, sejauh ini para peserta langsung mengerti,” sambungnya.

Disamping itu, perlombaan catur juga adanya sistem perlanggaran atau mungkin sering disebut 1/2. Terlebih lagi, ketika wasit langsung melihat pelanggaran tersebut.

“Kalau pelanggaran 1/2 itu ada dan kalau dilihat langsung oleh wasit, maka akan langsung memberi hukuman sesuai aturan yg berlaku, dan kalau wasit disana tidak ada biasanya dari peserta langsung mengklaim dan langsung post jam panggil wasit dan mengklaim hal itu. Akan tetapi, enaknya si lawannya gak marah karna dia tau lawannya melakukan kesalahan jadi aman aman aja,” jelasnya kepada wartawan DKTV.

Rio Irmawan juga menyampaikan, rasa berterimakasih kepada UIN yang terus konsisten terhadap pelaksanakan kegiatan ini dari tahun ketahun. Hal ini menjadi pokok penting agar regenerasi catur tidak terputus.

Rio berharap, semoga UIN ada Unit Kegiatan Mahasiswa khusus untuk Catur. Sebab, sudah
kebanyakan peserta Catur berasal dari wanita juga. Padahal kalau untuk di Sumatera Barat mungkin peminat catur dari wanita itu sangat kurang, jadi alangkah baiknya dapat dijadikan UKM Catur, dan untuk pelatihnya bisa dari kami.

“Kami tidak pernah meminta bayaran sepersenpun, selagi bisa kami latih akan kami latih. Harapan kami nantinya akan ada perwakilan dari UIN untuk ke Sumatra, dan sekaligus bisa mewakili kampung mereka masing-masing,” tutupnya.

Senada dengan itu, salah satu peserta Catur Habib menanggapi, perlombaan catur sangat menarik dan sebagai tempat untuk mengeluarkan bakat di bidang Catur. Terlebih lagi, perlombaan Catur menggunakan sistem online dan itu sudah sering dilakukan.

Habib berharap, semoga perlombaan ini bisa berlanjut seterusnya. Karena, mahasiswa yang memiliki bakat bisa mengeluarkannya.

Wartawan: Pricilia Mutiarani(Mg), Husnul Hotima(Mg).

Mungkin Anda Menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *