Kata Sema-U Usai Mengikuti Rapat PBAK

Selepas melaksanakan rapat persiapan PBAK di Fakultas Sains Teknologi (Saintek). Ketua Sema-U Muhammad Haichal menyampaikan statementnya tentang hasil rapat tersebut. Diketahui Ketua Sema-U mempertanyakan berbagai macam persoalan terkait pelaksanaan PBAK saat waktu rapat.

Salah satunya Haichal melontarkan komentarnya tentang dana makan sebesar 15 Miliar hanya untuk makan siang saat PBAK saja dan terkait alokasi dana, jika seandainya perencanaan tersebut tetap dilakukan.

Haichal mendapatkan jawaban dari ketua pelaksana PBAK bahwasanya dana tersebut akan dialokasikan ke beasiswa yang dibawah naungan Wakil Rektor lll bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama.

“Kalau hasilnya tu, kemarin pernah saat rapat sama pak Subhan itu. Saya tanya karena statement beliau ketika diwawancarai oleh DKTV, ada statement bahwasanya akan menghabis anggaran 15 Miliar. Jadi saya bertanya, kalau emang usulan di iyakan, dikemana anggaran 15 Miliar itu, kata beliau bisa aja di alokasikan ke beasiswa. Tapi itu bukan wewenang saya, itu wewenang WR III. Silahkan nanti audiensi ke WR III kalau seperti itu,” ucapnya saat diwawancarai oleh wartawan DKTV.

Haichal berpendapat jika memang benar ketidakadaan makan siang bagi Maba. Meskipun para Maba membawa bekal, lalu bagaimana cara penyimpanan?. Kemudian, lahir permasalahan rasa enak atau tidaknya dari bekal yang dibawa.

Terlebih lagi, mahasiswa hanya membawa nasi goreng yang disimpan dari sebelum berangkat PBAK. “Nasi goreng itu disimpan untuk makan siang gimana rasanya enak gak dimakan untuk makan siang sedangkan kegiatan dari pagi hingga sore. Terus, siang hanya makan nasi goreng jadi tambah lemah mahasiswa itu,” sambungnya.

Perlu diketahui PBAK merupakan First Impression bagi Maba untuk melihat rupawan kampus UIN Imam Bonjol Padang. Melihat kondisi panitia dengan acara seperti akan menimbulkan asumsi- asumsi negatif dan pemikiran-pemikiran jelek untuk tentang UIN Imam Bonjol Padang.

Seharusnya sebagai mahasiswa UIN Imam Bonjol Padang kita harus menghilangkan asumsi dan pemikiran seperti itu. Dengan kondisi acara pada saat makan siang yang diberikan sewaktu Ishoma mungkin akan melahirkan tidak kondusifnya acara.

“Justru kawan-kawan itu istirahat Ishoma shalat Dzuhur berapa menit, belum makan, berapa ribu turun, mahasiswa dari atas ke bawah untuk cari makan, berpikir buruk terlebih dahulu. Kalau ada apa-apa yang terjadi, siapa tanggung jawab panitia,” ungkapnya kepada wartawan DKTV

“Kalau ada laki-laki merokok , ngobrol dikedai kopi udah jam berapa pulak kan tidak kondusif acara kita. Tentu perlu banyak pertimbangan untuk meniadakan nasi. Ketiadakan nasi berdampaknya waktu tidak kondusif, kececokan panitia dengan Maba. Panitia suruh cepat-cepat acara mau dimulai, sedangkan Maba baru makan atau baru shalat Dzuhur belum siap waktu,” sebut salah satu Mahasiswa Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi.

Sekian banyak Maba mencari makan diluar kampus hingga melahirkan permasalahan macet dan tragedi yang menjadi antisipasi acaranya. Mungkin adanya nasi Maba cukup makan hanya diluar gedung dan disekitar-sekitar kampus.

Haichal juga menyampaikan, hasil perencanaan tersebut masih bersifat usulan dan akan difikskan pada bulan Juli mendatang pada rapat pimpinan. Akan tetapi, tidak bisa dihadirkan Ormawa walaupun utusan satu atau lebih.

“Terus saya bilang, pak bisa ga ketika rapat pimpinan itu hadiri kami ormawa-ormawa ini minimal 1 atau 2 orang utusan Ormawa ?. Tidak bisa katanya kalau memang iya silahkan Sema-U buat surat audiensi ke WR III. Apa yang diaudiensi ?, kecuali Maba melaporkan ke saya, baru saya meaudiensi permasalahan Pbak sebutnya sambil tersenyum,” tutupnya.

Wartawan : Irvan Mufadhdhal Zulis

Mungkin Anda Menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *